LEVERAGE DAN FIRM SIZE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC) DENGAN VOLUNTARY
DISCLOUSURE SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
Ratna Wijayanti DP
pradnyataj@gmail.com
STIE Widya Gama Lumajang
Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi pengaruh langsung dan tidak langsung dari leverage, size, voluntary disclousure dan earning response coeffisient (ERC). Penelitian ini meneliti 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2005-2009. Hasil empiris penelitian ini menunjukkan: leverage tidak memiliki pengaruh terhadap Earning Response Coefficient (ERC), maupun terhadap voluntary disclousure. Pengaruh antara voluntary disclousure dengan Earning Response Coefficient (ERC) diperoleh hasil positif signifikan, demikian juga pengujian pengaruh antara Size dengan voluntary disclousure. Hasil pengujian antara Size dengan Earning Response Coefficient (ERC) memunjukkan tidak terdapat pengaruh yang signifikan. Voluntary disclosure dalam penelitian ini bukan merupakan variabel intervening untuk hubungan tidak langsung antara Leverage terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Namun merupakan variabel intervening untuk pengaruh tidak langsung antara size terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Selain itu ditemukan pula bahwa persistensi laba sebagai variabel kontrol terhadap Earning Response Coefficient (ERC) menunjukkan hubungan yang tidak signifikan.
Kata kunci: Earning Response Coefficient (ERC,) leverage, size, voluntary disclousure
Abstract: The purpose of this study was to identify the effects of direct and indirect leverage, size, and earnings response disclousure voluntary coeffisient (ERC). The empirical results of this research: leverage has no significant effect on the Earnings Response Coefficient (ERC), as well as to voluntary disclousure. Against the influence of voluntary disclousure with Earning Response Coefficient (ERC) have positive test results significantly. Similarly, for the effect of the voluntary Size disclousure have significant positive results. The results of this study also proves there is no significant effect of Size with Earnings Response Coefficient (ERC). Voluntary disclosure in this study is not an intervening variable for the indirect relationship between Leverage to Earning Response Coefficient (ERC). However, an intervening variable for the indirect effect between the size of Earnings Response Coefficient (ERC). The persistence of earnings as a control variable to the Earnings Response Coefficient (ERC) have no significant relationship.
Keywords: Earnings Response Coefficient (ERC,) leverage, size, voluntary disclousure
Informasi laba merupakan hal yang paling direspon oleh investor karena memberikan gambaran mengenai kinerja perusahaan, namun informasi laba saja kadang tidak cukup untuk dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investor karena ada kemungkinan informasi tersebut bias yang disebabkan antara lain disebabkan oleh adanya praktek manajemen laba serta kurangnya informasi yang diungkapkan dalam laporan keuangan.
Dalam manajemen keuangan selain menggunakan angka laba ada juga metode lain yang bisa digunakan untuk mengukur laba, yaitu dengan menggunakan variabel Earning Response Coefficient (ERC.) Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba tercermin dari tingginya koefisien respon laba (Earnings Response Coefficient), Jika laba yang dilaporkan memiliki kekuatan respon maka menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas.
Studi yang dilakukan oleh Beaver dkk (1969) menunjukkan bahwa laba memiliki kandungan informasi yang tercermin dalam harga saham. Sedangkan Lev dan Zarowin (1999) dalam Murwaningsari (2008) menggunakan Earning Response Coefficient (ERC) sebagai alternatif untuk mengukur value relevance informasi laba. Rendahnya Earning Response Coefficient (ERC) menunjukkan bahwa laba kurang informatif bagi investor untuk membuat keputusan ekonomi.
Kualitas laba tidak mempunyai ukuran yang mutlak, namun terdapat pendekatan kualitatif dan kuantitatif yang dapat digunakan untuk menganalisis dan menjelaskan kualitas laba. Pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis rasio, sedangkan pendekatan kualitatif berdasarkan pendapat (judgement) atau pandangan yang berlandaskan logika, pengalaman, dan wawasan. Kualitas laba tidak berhubungan dengan tinggi atau rendahnya laba yang dilaporkan, melainkan menurut Siegel (1990) dalam Adhariani (2005) meliputi understatement dan overstatement dari laba (bersih), stabilitas komponen dalam laporan laba rugi, realisasi resiko asset, pemeliharaan atas modal, dan dapat merupakan prediktor laba masa depan (Predictive value).
Scott (2010:154) menyatakan Earnings Response Coefficient (ERC) mengukur besarnya abnormal return saham dalam merespon komponen yang diharapkan dari laba yang dilaporkan perusahaan. Beberapa penelitian menunjukkan tidak adanya variasi Earning Response Coefficient (ERC) (Kormendi dan Lipe, 1987 dalam Sri Mulyani, 2003) dengan kata lain Earning Response Coefficient (ERC) relatif stabil. Sebaliknya penelitian Easton dan Zmijewski (1989) serta Collins dan Kothari (1989) dalam Murwaningsari (2008) menunjukkan bahwa respon pasar terhadap laba bervariasi tergantung jenis perusahaan dan rentang waktu.
Berawal dari penelitian yang dilakukan oleh Beaver dkk (1969), sejak tahun 1980 berkembang penelitian yang mengamati beberapa faktor yang mempengaruhi volatilitas dan besaran koefisien respon laba. Penelitian tentang Earning Response Coefficient (ERC) selalu dikaitkan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi ERC. Beberapa faktor yang diidentifikasi mempengaruhi perilaku koefisien respon laba yaitu risiko sistematik (Collins dan Kothari, 1989; Lipe, 1990), pertumbuhan (Collins dan Kothari, 1989), persistensi laba (Kormendi dan lipe,1987; Collins dan Kothari, 1989; Lipe, 1990), ukuran perusahaan (Collins, Kothari, dan Rayburn,1987), Cho dan Jung (1991) melakukan meta analisis mengenai teori dan bukti empiris atas koefisien respon laba. Analisis yang dilakukan meliputi kerangka teoritis, isu metodologi, dan studi empiris atas koefisien respon laba. Dari analisis yang dilakukan terungkap beberapa masalah antara lain mengenai masih adanya pengaruh ukuran perusahaan atas koefisien respon laba.
Scott (2010:154) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC) yaitu persistensi laba, stuktur modal, betha atau resiko, kesempatan bertumbuh dan ukuran perusahaan. Sedangan Sri Mulyani (2003) menambahkan kualitas auditor dalam variabel independennya.
Penelitian tentang hubungan luas pengungkapan sukarela dengan Earning Response Coefficient (ERC) masih jarang dilakukan dengan hasil yang tidak konsisten. Lang dan Lundholm (1993) dalam Murwaningsari (2008) menguji faktor yang mempengaruhi tingkat pengungkapan menemukan bahwa perusahaan yang mempunyai korelasi return dan earnings rendah lebih banyak melakukan pengungkapan, dengan kata lain Earning Response Coefficient (ERC) berhubungan negatif dengan luas pengungkapan.
Selain pengungkapan sukarela yang terbukti mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC), peneliti lain mencoba mengaitkan size dengan Earning Response Coefficient (ERC) (Easton dan Zmijewski,1989 dalam Murwaningsari 2008) dan Leverage dengan Earning Response Coefficient (ERC) (Dhaliwal dkk, 1991 dalam Sri Mulyani 2003).
Perbedaan dari penelitian sebelumnya dikembangkan lebih lanjut oleh Murwaningsari (2008) dengan cara menggabungkan beberapa variabel tersebut dan menggunakan metode Path Analysis untuk mengamati pengaruh variabel langsung dan tidak langsung terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dengan variabel pengungkapan sukarela (voluntary disclosure), ketepatan waktu (timeliness) pelaporan keuangan sebagai variabel intervening dari Leverage, dan size, dan beberapa variabel control yaitu reputasi audit, opini audit, persistensi dan growth.
Murwaningsari (2008) menyimpulkan dari hasil penelitiannya bahwa voluntary diclosure dalam penelitian ini bukan merupakan variabel intervening bagi hubungan antara Leverage dengan Earning Response Coefficient (ERC). Demikian pula ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan (Timeliness) tidak terbukti sebagai variabel intervening pada hubungan antara ukuran perusahaan terhadap Earning Response Coefficient (ERC).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dan terutama hasil penelitian Murwaningsari (2008), peneliti tertarik untuk mereplikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya untuk melihat hasil apakah sama dengan penelitian sebelumnya dengan menggunakan metode SEM-AMOS untuk mengamati pengaruh variabel langsung dan tidak langsung terhadap Earning Response Coefficient (ERC) dengan variabel pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) sebagai variabel intervening dari Leverage dan size. Serta variabel persistensi sebagai variabel kontrol dari Earning Response Coefficient (ERC). Perbedaan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Murwaningsari (2008), peneliti dalam penelitian ini tidak mencantumkan timeliness sebagai variabel intervening dan juga tidak menggunakan reputasi audit, opini audit, dan growth sebagai varibel kontrol. Perbedaan lain dalam penelitian ini penulis mencoba meneliti pengaruh size terhadap Earning Response Coefficient (ERC) melalui voluntary disclousure.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh secara langsung maupun tidak langsung leverage dan firm size terhadap ERC dengan menggunakan voluntary disclosure sebagai variable intervening.
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal terhadap nilai perusahaan, jika keputusan investasi dan kebijakan deviden dipegang konstan. Struktur modal menunjukakan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal investor dapat mengetahui resiko dan tingkat pengembalian atas investasinya.
Trade off theory merupakan model struktur modal yang mempunyai asumsi bahwa struktur modal perusahaan merupakan keseimbangan antara keuntungan penggunaan hutang dengan biaya financial distrass (kesulitan keuangan) dan agensy cost (biaya keagenan). Dari model ini dapat dinyatakan bahwa perusahaan yang pembiayaan investasinya seluruhnya berasal dari pinjaman atau perusahaan yang sama sekali tidak menggunakan pinjaman adalah buruk. Keputusan yang terbaik adalah keputusan yan moderat, yang menggunakan pertimbangan kedua instrumen pembiayaan.
Teori keagenan (Agency theory) merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan yang dipakai selama ini. Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang (prinsipal) yaitu investor dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer, dalam bentuk kontrak kerja sama.
Jensen dan Meckling (1976) telah mengembangkan suatu perlakuan analitis terhadap hubungan manajer dan pemilik. Dalam temuannya, ada konflik kepentingan jika seorang manajer memiliki saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah saham perusahaan, yang menimbulkan agency problem. Kepemilikan sebagian menyebabkan manajer tidak mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kemakmuran pemilik untuk mengatasi agency problem ini dibutuhkan tambahan biaya yang disebut agency cost.
Signaling theory membahas permasalahan mengenai Asimetri informasi. Teori ini didasarkan pada premis bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang sama. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut. Jadi, ada informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, terjadi pertanda atau sinyal (signaling).
Asimetri informasi terjadi ketika terdapat ketidakseimbangan informasi yang dimiliki oleh satu pihak dengan pihak yang lain. Teori keagenan (agency teori) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Asimetri informasi muncul ketika manajer lebih mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemegang saham dan stakeholder lainnya. Jadi, asimetri informasi timbul karena satu pihak memiliki pengetahuan yang tidak dimiliki oleh pihak lain.
Dalam konteks ini yang dimaksud dengan pasar adalah pasar modal (capital market) dan pasar uang. Suatu pasar dikatakan efisien apabila tidak seorangpun, baik investor individu maupun investor institusi, akan mampu memperoleh return tidak normal (abnormal return), setelah disesuaikan dengan risiko, dengan menggunakan strategi perdagangan yang ada. Artinya, harga-harga yang terbentuk di pasar merupakan cerminan dari informasi yang ada atau “stock prices reflect all available information”. Ekspresi yang lain menyebutkan bahwa dalam pasar yang efisien harga-harga aset atau sekuritas secara cepat dan utuh mencerminkan informasi yang tersedia tentang aset atau sekuritas tersebut.
Fama (1970) mengkategorikan hipotesis pasar efisien menjadi tiga bentuk yakni pasar efisien lemah, pasar efisien setengah kuat, dan pasar efisien sangat kuat. Teori hipotesa pasar setengah kuat melandasi tentang value relevance informasi laba (pengaruh pengumuman laba terhadap reaksi investor). value relevance informasi laba membuktikan bahwa laba memiliki relevance value yang diketahui dari pengaruhnya terhadap reaksi investor yang digambarkan dalam harga saham. Semakin besar laba maka reaksi invetor akan semakin tinggi. untuk mengukur value relevance informasi laba atau untuk mengetahui hubungan laba terhadap retur saham dapat diukur menggunakan earning response coeffisient (ERC).
Kualitas laba dapat diindikasikan sebagai kemampuan informasi laba memberikan respon kepada pasar. Kuatnya reaksi pasar terhadap informasi laba yang tercermin dari tingginya earnings response coefficients (ERC), menunjukkan laba yang dilaporkan berkualitas. Scott (2000), Cho and Jung (1991) dalam Murwaningsari (2008) menyatakan bahwa Earning Response Coefficient (ERC) mengukur seberapa besar return saham dalam merespon angka laba yang dilaporkan oleh perusahaan yang mengeluarkan sekuritas tersebut. Dengan kata lain Earning Response Coefficient (ERC) adalah reaksi atas laba yang diumumkan (published) oleh perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001:14), Leverage keuangan (financial Leverage) merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sampai sejauh mana sekuritas berpenghasilan tetap (utang dan saham preferen) digunakan dalam stuktur modal perusahaan. Pada umumnya ada dua jenis Leverage, yaitu Leverage operasi (operating Leverage) dan Leverage keuangan (financial Leverage), yang dimaksud Leverage dalam penelitian ini adalah Leverage keuangan (financial Leverage). Leverage keuangan menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya.
Rasio Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap equitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat resiko tak tertagihnya suatu utang (Luciana dan Ikka, 2007)
Rasio Leverage adalah ukuran dari seberapa banyak aset perusahaan berpengaruh terhadap equitas. Perusahaan dengan rasio Leverage yang tinggi berarti bahwa perusahaan menggunakan hutang dan kewajiban lainnya untuk membiayai asset dan berisiko lebih tinggi dibandingkan perusahaan dengan Leverage yang lebih rendah.
Pengertian Pengungkapan Sukarela menurut Meek dkk. (1995) dalam Gulo (2000) adalah sebagai berikut: ”Pengungkapan sukarela merupakan pilihan bebas manajeman perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan informasi lain yang relevan untuk pembuatan keputusan para pemakai laporan tahunan. Karena perusahaan memiliki keleluasan dalam melakukan pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan sehingga menimbulkan adanya keragaman atau variasi luas pengungkapan sukarela antar perusahaan”.
Wolk and Tearney (1980) dalam Marwata (2000) menyatakan pengungkapan menyangkut penyediaan informasi yang diwajibkan oleh badan berwenang maupun yang secara sukarela dilakukan perusahaan, yang berupa laporan keuangan, informasi yang terjadi setelah tanggal keuangan, analisa manajemen atas operasi perusahaan masa datang, prediksi keuangan dan operasi pada tahun yang akan datang, dan laporan keuangan tambahan yang mencakup uangkapan menurut segmen dan informai lainnya di luar harga perolehan.
Murwaningsari (2008) menyatakan terdapat pegaruh negatif antara Leverage terhadap Earning Response Coeficient (ERC). Hasil penelitiannya sejalan dengan Dhaliwal, Lee dan Farger (1991) yang membuktikan bahwa Leverage berpengaruh negatif terhadap koefisien respon laba yaitu Earning Response Coefficient (ERC). Perusahaan yang tingkat Leverage-nya tinggi berarti memiliki hutang yang lebih besar dibandingkan modal. Dengan demikian jika terjadi peningkatan laba maka yang diuntungkan adalah debtholders, sehingga semakin baik kondisi laba perusahaan maka semakin negatif respon pemegang saham, karena pemegang saham beranggapan bahwa laba tersebut hanya menggantungkan kreditur.
Beberapa penelitian yang dilakukan untuk melihat pengaruh Leverage tergadap voluntary disclousure antara lain: Meek, Robert dan Gray (1955) dalam Gultom (2008) teori keagenan memprediksi bahwa perusahaan dengan rasio Leverage yang lebih tinggi akan mengungkapkan lebih banyak informasi, karena biaya keagenan perusahaan dengan struktur modal yang seperti itu lebih tinggi.
Murwaningsari (2008) dalam penelitiannya tentang Earning Response Coefficient (ERC) menguji pengaruh Leverage terhadap voluntary dicslousure dengan reputasi auditor sebagai variabel kontrol menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif, tidak signifikan anatara Leverage terhadap voluntary dicslousure. Penelitiannya sejalan dengan Ainun dan Rakhman (2000) yang melakukan penelitian tentang analisis hubungan antara kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dengan struktur modal dan tipe kepemilikan perusahaan.
Fitriani (2001) melakukan penelitian tentang signifikasi perbedaan tingkat kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela pada laporan keuangan. Dari penelitiannya disimpulkan bahwa terdapat faktor yang mempengaruhi kelengkapan pengungkapan wajib adalah ukuran perusahaan, status perusahaan, jenis perusahaan, net profit margin. Sedang tingkat Leverage dan likuiditas tidak mempengaruhi indeks kelengkapan pengungkapan wajib dan sukarela.
Beberapa penelitian yang diungkapkan dalam Cho dan Jung (1991) mendukung adanya hubungan hubungan positif antara koefisien respon laba dan ukuran perusahaan (Collins et aI., 1987; Shevlin dan Shores, 1990). Namun Collins dan Kothari (1989) menggunakan ukuran sebagai variabel tambahan dalam regresinya, mendapatkan bukti bahwa ukuran perusahaan tidak memberikan tambahan kekuatan penjelas atas perbedaan koefisien respon laba. Shevlin dan Shores (1990) dalam Cho dan Jung (1991) memberikan penjelasan bahwa kemungkinan hal ini terjadi karena ukuran perusahaan memproksikan beberapa aspek sekaligus dalam hubungan laba dan return. Penelitian yang menyimpulkan adanya hubungan positif antara ukuran perusahaan dan koefisien respon laba, didasarkan argumentasi bahwa semakin luas informasi yang tersedia mengenai perusahan besar memberikan bentuk konsensus yang lebih baik mengenai laba ekonomis. Semakin banyak informasi tersedia mengenai aktivitas perusahaan besar, semakin mudah bagi pasar untuk menginterpretasikan informasi dalam laporan keuangan.
Hasil penelitian Murwaningsari (2008) mengungkapkan Ukuran perusahaan (size firm) dalam isu Earning Response Coefficient (ERC) digunakan sebagai proksi keinformatifan harga saham. Penelitian memasukkan variabel size sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Semakin besar ukuran perusahaan akan mempunyai informasi yang lebih dari perusahaan yang kecil. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Chaney dan Jeter (1991) dan Collins dan Kothari (1989).
Secara umum perusahaan besar akan mengungkapkan informasi lebih banyak daripada perusaahaan kecil. Terdapat beberapa penjelasan mengenai hal tersebut. Teori keagenan menyatakan bahwa perusahaan besar memiliki biaya keagenan lebih besar daripada perusahaan kecil (Jensen dan Meckling, 1976 dalam Fitriani, 2001). Perusahaan besar mungkin akan mengungkapkan informasi yang lebih banyak sebagai upaya untuk mengurangi biaya keagenan tersebut.
Suripto (1998) meneliti tentang karateristik perusahaan terhadap luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan. Variabel independen yang digunakan size, Leverage, ratio likuiditas, basis, waktu daftar, penerbitan sekuritas, dan kelompok industri perusahaan. Hasil penelitian menjelaskan bahwa secara individu hanya size dan penerbitan sekuritas yang memiliki pengaruh signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela, faktor lain tidak berhasil dibuktikan.
Beberapa peneliti mencoba untuk menguji apakah terdapat pengaruh luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2002) menghasilkan kesimpulan bahwa luas pengungkapan sukarela berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient (ERC), dan kesimpulan ini tetap konsisten setelah memasukkan variabel-variabel kontrol yang dianggap mempengaruhi Earning Response Coefficient (ERC). Namun, hasil dari uji sensitivitas dengan menggunakan model return fundamental menunjukkan bahwa luas ungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap Earning Response Coefficient (ERC), walaupun tidak signifikan.
Adhariani (2005) melakukan penelitian terhadap 90 perusahaan manufaktur pada periode 1998-2000, juga menghasilkan kesimpulan bahwa voluntary disclosures level berpengaruh positif terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Kesimpulan ini tetap konsisten setelah peneliti memasukkan variabel kontrol: nilai buku per saham, Leverage, dan opini audit. Hasil uji sensitivitas juga menunjukkan kesimpulan yang sama.
Berdasarkan bukti empiris atas beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh secara langsung terhadap Earning Response Coefficient (ERC):
a) Pengaruh positif signifikan antara Leverage terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
b) Pengaruh positif signifikan antara Leverage terhadap Voluntary disclousure
c) Pengaruh positif signifikan antara Voluntary disclousure terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
d) Pengaruh positif signifikan antara Size terhadap Voluntary disclousure
e) Pengaruh positif signifikan antara Size terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
2. Terdapat pengaruh secara tidak langsung terhadap Earning Response Coefficient (ERC):
a) Pengaruh signifikan Leverage melalui Voluntary disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
b) Pengaruh signifikan size melalui Voluntary disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
METODE
Penelitian ini termasuk jenis penelitian survei (survey research) . enelitian ini dirancang untuk menjelaskan pengaruh variabel eksogen berupa Leverage dan size terhadap variabel endogen berupa Earning Respose Coefficient (ERC) secara langsung atau secara tidak langsung melalui variabel intervening voluantry disclousure, dengan variabel kontrol Persitensi laba
Populasi penelitian ini meliputi seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling method. Pada teknik ini sampel yang diambil adalah sampel yang memiliki kriteria-kriteria tertentu agar dapat mewakili populasinya. Perusahaan yang dijadikan sampel harus memenuhi kriteria-kriteria berikut:
1. Perusahaan sahamnya tetap aktif beroperasi mulai tahun 2005 sampai bulan Desember 2009, serta mempublikasikan laporan keuangan audited secara rutin.
2. Perusahaan yang tidak pernah mengalami delisting dari BEI selama periode estimasi.
3. Perusahaan tidak menghentikan aktivitasnya di pasar bursa, tidak menghentikan operasinya dan tidak melakukan penggabungan usaha serta tidak berubah status sektor industrinya.
4. Perusahaan tidak mengalami kerugian selama periode estimasi.
5. Memiliki data lengkap yang digunakan sebagai variabel dalam penelitian ini dan secara konsisten dilaporkan di BAPEPAM
Dari kriteria sampel dapat diketahui perusahaan yang bisa dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah seperti yang tampak pada tabel 1:
Teknik Pengumpulan Data :
Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi tidak langsung yaitu teknik dokumenter data sekunder, berupa pengambilan data laporan keuangan, data laporan tahunan, data harga pasar saham dan indeks harga saham gabungan (IHSG) yang diperoleh di Pojok BEI.
Selanjutnya data yang diperoleh dilakukan evalusi dengan cara cross sectional approach dan time-series analysis.
Rencana analisis data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan model persamaan struktural (SEM) dengan apliksi Analisys of Moment Structure (AMOS) version 18.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisis full model dengan menggunakan SEM dapat dilihat gambar berikut:
Pada gambar 1 diatas terlihat bahwa ada 3 variabel eksogen manifes yaitu: leverage, size dan persistensi; 2 variabel endogen manifes yaitu: voluntary diclousure dan ERC; 2 variabel eksogen laten yaitu: error 1 dan error 2. Variabel voluntary disclousure merupakan variabel intervening yang memiliki variabel antaseden (yang mendahului) yaitu variabel leverage dan size, dan memiliki variabel konskuen (sesudahnya) yaitu variabel ERC. Sedangkan variabel persistensi merupakan variabel kontrol dari ERC.
Pengujian hipotesis secara langsung
Terdapat pengaruh positif signifikan antara Leverage terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
Rasio Leverage merupakan proporsi total hutang terhadap equitas pemegang saham. Rasio tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan. Hasil penelitian diketahui bahwa terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara Leverage dengan Earning Response Coefficient (ERC). Hal ini terlihat dari nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,059. Hasil tersebut sebenarnya mendekati nilai taraf signifikan (0,05) namun dalam hal ini peneliti lebih memilih untuk menempatkan hasil uji sesuai taraf signifikan yang telah ditetapkan. Sehingga pada uji hipotesis pertama ini H0 dterima. Hal ini berarti menolak hipotesis yang menduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Leverage dan Earning Response Coefficient (ERC). Nilai koefisien korelasi antara variabel Leverage dengan Earning Response Coefficient (ERC) ditunjukkan pada nilai estimate positif sebesar 0,177 pada tabel 2. Nilai tersebut jauh dibawah 0,5 hal ini diartikan tidak adanya korelasi yang erat antara variabel Leverage dengan Earning Response Coefficient (ERC).
Terdapat pengaruh positif signifikan antara Leverage terhadap voluntary disclousure
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Leverage terhadap voluntary disclousure. Hal ini ditandai dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,907 yang artinya p-value jauh diatas 0,05. Hal ini berarti hipotesis yang menduga terdapat pengaruh yang signifikan antara Leverage dan voluntary disclousure tidak terbukti. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan pada nilai estimate pada tabel 2 adalah sebesar negatif 0,012. Nilai tersebut jauh dibawah 0,5 hal ini diartikan tidak adanya korelasi yang erat antara variabel Leverage dengan voluntary disclousure.
Terdapat pengaruh positif signifikan antara voluntary disclousure terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
Terhadap pengujian hipotesis pengaruh voluntary disclousure terhadap Earning Response Coefficient (ERC) diperoleh hasil yang signifikan yaitu dengan nilai p-value adalah 0,000 artinya p-value dibawah 0,05. Artinya H0 ditolak, hal ini diartikan hipotesis yang menduga terdapat pengaruh yang positif signifikan antara voluntary disclousure dengan Earning Response Coefficient (ERC) terbukti. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan pada nilai estimate pada tabel 2 adalah sebesar 0,407. Nilai tersebut tidak terlalu jauh dari nilai 0,5 dan hal ini dapat diartikan adanya korelasi antara variabel voluntary disclousure dengan Earning Response Coefficient (ERC).
Berdasarkan hasil Estimate pada regresion weigtht dapat diketahui pengaruh variabel voluntary disclousure terhadap variabel Earning Response Coefficient (ERC) adalah: 0,397 x 0,397 = 0,157. Angka 0,157 dapat diartikan bahwa pengaruh dari variabel voluntary disclousure terhadap variabel Earning Response Coefficient (ERC) adalah: 0,157 x 100% = 16% atau dapat dimaknai variabel Earning Response Coefficient (ERC) 16% dipengaruhi oleh voluntary disclousure.
Terdapat pengaruh positif signifikan antara Size terhadap voluntary disclousure
Hasil pengujian hipotesis terhadap pengaruh size terhadap voluntary disclousure juga diperoleh hasil yang signifikan yaitu dengan nilai p-value 0,003 yaitu nilai p-value dibawah 0,05. Dalam hal ini H0 ditolak artinya hipotesis yang menduga terdapat hubungan yang positif signifikan antara size dengan voluntary disclousure terbukti. Nilai koefisien korelasi yang ditunjukkan pada nilai estimate pada tabel 2 adalah sebesar positif 0,294. Nilai tersebut masih berada dibawah 0,5 namun hal ini dapat diartikan adanya korelasi antara variabel size dengan voluntary disclousure meskipun rendah.
Estimate pada regresion weigtht dapat diketahui pengaruh variabel size terhadap variabel voluntary disclousure: 0,295 x 0,295 = 0,087. Angka 0,087 dapat diartikan bahwa pengaruh variabel size terhadap variabel voluntary disclousure adalah: 0,087 x 100% = 9% atau juga berarti variabel voluntary disclousure 9% dipengaruhi oleh variabel size.
Terdapat pengaruh positif signifikan antara Size terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Size tidak memiliki pengaruh signifikan dengan Earning Response Coefficient (ERC). Hal ini ditandai dengan nilai probabilitas (p-value) sebesar 0,099 yang artinya p-value jauh diatas 0,05 yang berarti hipotesis yang menduga terdapat pengaruh yang signifikan antara size dengan Earning Response Coefficient (ERC) tidak terbukti.
Pengujian hipotesis secara tidak langsung
Sedangkan untuk pengujian hipotesis secara tidak langsung atau melalui variabel intervening, di dalam model penelitian ini yang akan diuji adalah:
Terdapat pengaruh Leverage melalui voluntary disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC).
Berdasarkan model penelitian ini, terdapat pengaruh secara tidak langsung antara variabel leverage dengan variabel Earning Response Coefficient (ERC) melalui variabel intervening disclousure. Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh langsung antara variabel leverage terhadap variabel disclousure (-0,12) dan pengaruh langsung antara variabel disclousure terhadap variabel Earning Response Coefficient (ERC) (0,407) maka diperoleh hasil (-0,049). Hasil ini tidak signifikan dengan pengaruh langsung yang ditunjukkan pada hasil standardized indirect effect untuk pengaruh leverage terhadap Earning Response Coefficient (ERC) sebesar (-0,005). Artinya bahwa disclousure bukan merupakan variabel intervening untuk hubungan tidak langsung antara variabel leverage terhadap variabel Earning Response Coefficient (ERC).
Terdapat pengaruh size melalui voluntary disclosure terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
Pengaruh secara tidak langsung antara variabel size terhadap variabel ERC melalui variabel intervening disclousure. Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh langsung antara variabel size terhadap variabel disclousure (0,294) dan pengaruh langsung antara variabel disclousure terhadap variabel Earning Response Coefficient (ERC) (0,407) maka diperoleh hasil (0,120).
Hasil ini signifikan dengan pengaruh langsung yang ditunjukkan pada hasil standardized indirect effect pengaruh size terhadap Earning Response Coefficient (ERC) sebesar (0,120). Artinya bahwa disclousure merupakan variabel intervening untuk pengaruh tidak langsung antara variabel size terhadap variabel Earning Response Coefficient (ERC).
Pengujian variabel kontrol: Persistensi laba terhadap Earning Response Coefficient (ERC)
Hasil uji AMOS terhadap variabel kontrol persistensi laba diperoleh hasil p-value (0,774), hasil ini jauh diatas 0,05 artinya diperoleh hasil yang tidak signifikan untuk variabel kontrol perisitensi laba terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Etty (2008) yang juga menyatakan persitensi bukan merupakan variabel kontrol terhadap Earning Response Coefficient (ERC).
SIMPULAN
Hasil pengujian membuktikan Pengaruh antara Leverage dengan Earning Response Coefficient (ERC) yang tidak signifikan. Hasil pengujian ini tidak sejalan dengan penelitian Etty (2008) yang menunjukkan hasil yang negatif signifikan.
Pengujian pengaruh antara Leverage dengan voluntary disclousure menunjukkan hasil yang tidak signifikan. Hasil ini sejalan dengan hasil pengujian yang dilakukan Suripto (1999), Fitriani (2001) dan Etty (2008).
Terhadap pengaruh antara voluntary disclousure dengan Earning Response Coefficient (ERC) diperoleh hasil pengujian yang positif signifikan. Hasil pengujian ini sejalan dengan Widistuti (2002), Adhariani (2005), Nugrahanti (2006) dan Etty (2008).
Diperoleh hasil yang positif signifikan untuk pengujian pengaruh antara Size dengan voluntary disclousure. Hasil pengujian inipun sejalan dengan Suripto (1999) dan Fitriani (2001).
Hasil penelitian ini membuktikan tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Size dengan Earning Response Coefficient (ERC), sementara Etty (2008) menyatakan terdapat pengaruh negatif signifikan antara variabel tersebut.
Voluntary disclosure dalam penelitian ini bukan merupakan variabel intervening untuk hubungan tidak langsung antara Leverage terhadap Earning Response Coefficient (ERC). Hasil yang sama diperoleh pada penelitian Etty (2008).
Bahwa Voluntary disclosure merupakan variabel intervening untuk hubungan tidak langsung antara size terhadap Earning Response Coefficient (ERC) merupakan hasil pengujian hipotesis yang peneliti tidak menemukan peneliti sebelumnya untuk pengujian yang sama.
Penempatan persistensi laba sebagai variabel kontrol terhadap Earning Response Coefficient (ERC) memberikan hasil yang tidak signifikan, sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Etty (2008).
Penelitian berikutnya perlu mempertimbangkan penggunaan pendekatan pooled cross-sectional (Teets dan Wasley, 1996) agar dapat meningkatkan jumlah sample dan meningkatkan daya generalisasi, karena beberapa penelitian yang meneliti tentang Earning Response Coefficient (ERC) lebih banyak yang menggunakan Time series, seperti halnya penelitian ini.
Pengukuran unexpected earning (UE) sebagai indikator untuk menghasilkan Earning Response Coefficient (ERC), dapat menggunakan beberapa pengukuran selain EPS, misalnya laba operasi dan laba bersih tahunan.
Kecilnya pengaruh size terhadap voluntary disclousure mengindikasikan ada banyak faktor yg tidak diteliti dalam penelitian ini yang bisa mempengaruhi luas pengungkapan sukarela, termasuk perlunya penempatan variabel kontrol pada voluntary disclousure.
Peneliti berikutnya perlu mempertimbangkan penggunaan skala interval pada data Earning Response Coefficient (ERC) untuk pengelompokan data, sebelum dilakukan pengujian dengan menggunakan AMOS 18.
DAFTAR RUJUKAN
Adhariani. (2004) Tingkat Keluasan Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan dan Hubungannya Dengan Current Earnings Response Coefficient (ERC)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Vol 2, No.1 : 24-57
Ainun dan Fuad Rachman. (2000) Analisis Hubungan antara Kelengkapan Pengungkapan Laporan Keuangan dengan Struktur Modal dan Tipe Kepemilikan Perusahaan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 115 No.I pp.70-82
Ali, A. Dan P. Zarowin. (1992) Permanent vs. Transitory Components of Annual Earnings and Estimation Error in Earning Response Coefficients. Journal of Accounting and Economics, 15, 249-64
Waseem Alim,. (2010) Rasio leverage keuangan. Wiki artikle
Almilia, Luciana, dan Retrinasari, Ikka. (2007) Analisis Pengungkapan Karateritik Perusahaan Terhadap Kelengkapan pengungkapan dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Manufaktur Yang terdaftar di BEI. Proceding Seminar Nasional, Jakarta.
Ambarwati, Sri,. (2008) Earnings Response Coefficient (ERC). Akuntanbilitas, vol.7 no.2 hal:128-134
Bringham, F Eugene and Joel F Houston. (2001) Financial Management. Edisi kedelapan, Jakarta. Erlangga.
Chandrarin, G., (2002) The Impact of Accounting Methods of Translation Gains (Losses) on the Earnings Response Coefficients. Proceeding Articles on SNA 5 24-35.
Cho, L.Y., and K. Jung. (1991). Earnings Response Coefficients: A Synthesis of Theory and Empirical Evidence. Journal of Accounting Literature, Vol.10. pp 85-116.
Departemen Keuangan RI, BAPEPEM. (2006). Keputsan Nomor: KEP-134/BL/2006, tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan tahunan bagi emiten atau perusahaan publik.
Ferdinand, Augusty,. (2006) SEM Dalam Penelitian Manajemen. Edisi 2. FE-Undip.
Financial Accounting Standards Boards,. (2000) Statement of Financial Accounting Concept Number 2: Qualitatif Characteristics of Accounting Information. Stanford, Conecticut.
Fitriani. (2001) Signifikasi Perbedaan Tingkat Kelengkapan Pengungkapan Wajib Dan Sukarela Pada Laporan Keuangan Perusahaan Publik Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Makalah Simposium Nasional Akuntansi IV, Bandung. : Universitas Padjajaran dan Ikatan Akuntan Indonesia pp.133-154.
Gulo, Y., (2000) Analisis Efek luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan TahunanTerhadap Cost of Equiiy Capital Perusahaan. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. I, April, 45-62.
Gultom, Corry. (2008) Pengaruh kebijakan leverage, kebijakan deviden dan EPS terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi 47.
Horne, Jemes. (2005) Financial Manajemen, Prinsip-prinsip manajemen keuangan. Salemba Empat.
Kwan, Tan En. (2002) Pengaruh Koefiien Respon Laba Akuntansi Terhadap Harga Saham Dalam Masa Krisis Ekonomi di Indonesia. Jurnal Ilmiah Akuntansi, November 2002, Vol.2. No.1.
Jensen-Meckling. (1976) The Agency Theory Of The Firm : Managerial Behavior, Agency Cost And Ownership Structure Journal of Financial Economics 3 : 305-360
Manwata. (2000) Hubungan antara Karakteristik Pemsahaan dan Kualitas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan tahunan Pemsahaan di Indonesia. Tesis S2, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Mulyani, Sri., Nur F.Asik, dan Andayani,. (2007) Faktor-faktor yang mempengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC) pada perusahaan yang terdaftar di BEI. JAAI vol.1, no.1 hal:35-45
Murwaningsari, Etty. (2008) Beberapa faktor yang memepengaruhi Earnings Response Coefficient (ERC). Simposium Nasional Akuntansi (SNA) ke XI, Pontianak.
Moradi,Mehdi.Salehi, Mahdi. Erfanian, Zakiheh. (2010) A Study of Financial Leverage on ERC Throught Out Income Approach: Iranian Evidance. IRABF, 2010, Vol 2. No.2 page 104-116.
Naimah, Zahroh, Sidharta Utama. (2006) Pengaruh ukuran perusahaan, pertumbuhan laba dan profitabilitas perusahaan terhadap Earnings Response Coefficient Dan koefisient respon nilai buku ekuitas. Simposium Nasional IX
Nugrahanti, Yeterina Widi. (2006) Hubungan Antara Luas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Dengan Earnings Response Coefficient Dan Volume Perdagangan Pada Saat Pengumuman Laba. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Vol XII No.2 : 152-171.
Riyanto,Bambang. (1995) Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan. Edisi keempat, cetakan pertama.Yogyakarta.BPFE.
Samsul,Mohamad. (2006) Pasar modal dan manajemen portofolio. Erlangga, Jakarta
Santoso, Singgih,. (2011) SEM-Konsep dan Aplikasi Dengan Amos 18.Elex Media komputindo.
Sayekti,Yosefa, dan Wondabio L. Sensi. (2007) Pengaruh CSR disclousure terhadap Earnings Response Coefficient. Simposium Nasional IX.
Scott, William R., (2010) Financial Accounting Theory. Second edition. Canada: PrenticeHall.
Suripto, Bambang,. (1999) The Firm Characteristic Effect To Extent Of Voluntary Disclosure In The Annual Report. Simposium Nasional Akuntansi, II : 1-17.
Susilowati, Christine,. (2008) Faktor-faktor penentu ERC. Jurnal Ilmiah akuntansi Vol.7, November 2008 hlm 146-161.
Widiastuti, Harjanti,. (2002) Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela Terhadap Reaksi Investor. Simposium Nasional Akuntansi VI: 1314-1326.
______________ (2002) Pengaruh Luas Ungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan Terhadap Earnings Response Coefficient (ERC). SNA 5, Surabaya. hlm 74-86.
sumber : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=164898&val=5240&title=LEVERAGE%20DAN%20FIRM%20SIZE%20TERHADAP%20EARNING%20RESPONSE%20COEFFICIENT%20%28ERC%29%20DENGAN%20VOLUNTARY%20%20DISCLOUSURE%20SEBAGAI%20VARIABEL%20INTERVENING
artikel yang bagus lanjutkan.salam st3telkom
BalasHapus