CARA MENSOSIALISASIKAN KOPERASI KEPADA MASYARAKAT
Tidaklah
sulit untuk mensosialisasikan koperasi kepada msyarakat , yang kita butuhkan
adalah sarana dan prasarana untuk mempromosikan hal tersebut. Terkait
dengan kelemahan yang masih dimiliki oleh koperasi, ada beberapa solusi yang
sudah dijalankan oleh pemerintah seperti penambahan modal, pelatihan manajemen,
dan bantuan perizinan agar koperasi memiliki posisi tawar lebih baik. Usaha
lain yang harus didorong adalah melibatkan pemuda dalam pengelolaan koperasi.
Salah satu faktor yang mempengaruhi lambatnya akselerasi pengembangan koperasi
di Indonesia dikarenakan sebagian besar koperasi masih menganut asas
senioritas. Sebagian besar koperasi dipimpin oleh orang yang sama dalam waktu
puluhan tahun. Mereka yang sudah berusia tua relatif sulit untuk menerima
perubahan dan melakukan percepatan aktivitas. Para pegiat koperasi kebanyakan
kaum tua, biasanya pasca pensiun dari pekerjaanya mereka melirik koperasi untuk
mengisi waktu. Pengelola koperasi tidak dilandasi oleh motivasi dan kapasitas
keilmuan tentang jati diri koperasi yang benar, sehingga tidak heran jika
koperasinya berjalan apa adanya.
Di
masa lalu koperasi di desa seperti koperasi unit desa
(KUD) dipimpin oleh kepala desa. Hasilnya banyak KUD
yang tidak berkembang dan bahkan menjurus kematian. Padahal KUD
adalah salah satu basis sektor primer yang menggerakkan lapangan kerja di
pedesaan. Di Jawa Tengah ada 5.820 koperasi dinyatakan mati suri alias tak
aktif sesuai. Salah satu penyebabnya adalah pengelola koperasi yang tidak
kompeten. Di Kabupaten Klaten, 70% Koperasi Unit Desa (KUD) dianggap mati
suri karena tinggal nama tanpa program kerja untuk menyejahterakan anggotanya.
Sebanyak 66 koperasi di Kabupaten Grobogan berstatus tidak aktif atau mati
suri. Pasalnya, koperasi-koperasi tersebut hanya tinggal papan nama, sementara
kegiatan anggota di dalamnya sudah tidak berjalan. Di
Temanggung ada 92 koperasi atau 20 persen yang mati suri karena masalah
regenerasi kepengurusan.
Unit usaha KUD seperti penyaluran pupuk, jasa pembayaran listrik, penggilingan
padi, dan simpan pinjam kalah bersaing dengan pihak lain sehingga terpaksa
gulung tikar. Ketidakmampuan koperasi bersaing dengan unit usaha lain salah
satunya disebabkan rendahnya motivasi dan kapasitas manajerial pengelola
sehingga tidak mampu mengantasipasi perkembangan usaha. Berdasar data-data
koperasi yang tidak aktif di Jawa Tengah tersebut secara garis besar disa
disimpulkan penyebabnya adalah kelemahan dalam pengelolaan. Pengelola koperasi
yang tidak kompeten, tidak mampu mengantisipasi perubahan, meninggalnya
pengurus, dan terputusnya regenerasi pengurus menjadi penyebab matinya kegiatan
koperasi. Keterlibatan pemuda dalam pengurusan koperasi-koperasi tersebut
sangat minim sehingga perkembangannya lambat.
Oleh karena itu peran pemuda untuk menggerakkan koperasi
sangat diperlukan. Sejarah bangsa ini mencatat peran generasi muda dalam
berbagai peristiwa penting bangsa. Ketika para pendahulu kita mencetuskan
”Sumpah Pemuda” pada tanggal 28 Oktober 1928 maka lahirlah sebuah semangat baru
yang melanda bangsa Indonesia. Melalui semboyan “satu tumpah darah,
satu bangsa, dan satu bahasa” mereka berhasil mengajak bangsa kita
bersatu guna mewujudkan kemerdekaan. Sebelum peristiwa tersebut beberapa
mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam Boedi Oetomo telah mulai menyemai
benih persatuan bangsa melalui jalur organisasi. Dalam sejarah Indonesia,
pemuda selalu memiliki peranan luar biasa sebagai “avant garde”
(ujung tombak) perubahan.
Tiap perubahan zaman selalu dimulai dengan barisan pemuda
yang visioner, berani, pantang menyerah, dan tak hirau dengan gemerlap imbal
jasa maupun popularitas. Benedict Anderson, seorang Indonesianis mengungkapkan
bahwa sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Pernyataan Ben Anderson ini
tak salah apabila dikaitkan dengan sejarah panjang bangsa, dimana pemuda
menjadi aktor utama dari setiap peristiwa penting yang terjadi di Indonesia.
Herbert Feith, Seorang Indonesianis lainnya menyatakan bahwa pemikiran politik
modern pemuda di Indonesia menjadi awal bangkitnya nasionalisme modern. Hal itu
dimulai antara tahun 1900-an dan 1910-an, dengan munculnya sekelompok kecil
mahasiswa dan cendikiawan muda yang memandang dunia modern sebagai tantangan
terhadap masyarakat dan menganggap diri mereka sebagai pemimpin potensial di
masa yang akan datang. Sejarah menulis Kebangkitan Nasional 1908, Soempah
Pemoeda 1928, Kemerdekaan RI 1945, Angkatan 1966, Peristiwa Malari 1974, dan
Gerakan Reformasi 1998, menjadi deretan noktah sejarah pemuda yang gemilang
bagi tegaknya peradaban.
Senada dengan pernyataan keduanya, Bung Karno juga
menempatkan pemuda sebagai bagian penting dari tonggak dan aktor pendorong
perubahan. Bung Karno mengungkapkan kata-kata yang berbunyi “Beri aku
sepuluh pemuda, maka akan kugoncangkan dunia,” guna menggambarkan
kemampuan pemuda dalam mewujudkan perubahan. Dalam pikirannya, pemuda
digambarkan sebagai sosok unggul, pilihan, bergairah, bergelegak dan bergelora
secara fisik, psikis, intelektual, dan sikap. Pemuda digambarkan sebagai sosok
superior, progresif, revolusioner dengan api berkobar-kobar, dan bara spirit
yang menyala-nyala. Selama ini koperasi tidak diminati anak
muda sehingga akselerasi pengembangannya lambat. Pemuda sebagai kelompok
strategis harus didorong untuk memanfaatkan ilmu dan potensinya dalam
pengembangan koperasi.
Contoh
yang dilakukan oleh Koperasi Pemuda Indonesia (Kopindo) dalam melibatkan pemuda
bisa menjadi inspirasi pengelolaan koperasi di Indonesia. Koperasi Pemuda
Indonesia (Kopindo) merupakan kelompok koperasi gabungan yang berdiri sejak
1982. Koperasi ini digerakkan oleh pemuda-pemuda yang peduli terhadap
perkembangan koperasi, terutama dikalangan mahasiswa. Sebagai induk koperasi
pemuda Indonesia, Kopindo tidak hanya membawahi berbagai koperasi pemuda di
Indonesia, namun juga mengelola dan membina berbagai UKM dari masyarakat umum.
Hingga kini ada 25 UKM di seluruh Indonesia yang menjadi binaan Kopindo.
Berbagai produk-produk seperti makanan, garmen, kerajinan tangan, dan aksesoris
dihasilkan oleh UKM-UKM hasil binaan dari berbagai koperasi pemuda anggota
Kopindo. Kopindo bergerak dalam berbagai bidang usaha yang terus berkembang.
Usaha di bidang media seperti penerbitan buku, jurnal, majalah, berkembang
dengan adanya periklanan dan event organizer. Di bidang wisata
dikembangkan dalam paket usaha umroh, haji plus, tiket, dan pariwisata.
Perkembangan
Kopindo bisa menjadi contoh model pengembangan koperasi yang mampu
mengantisipasi perkembangan jaman. Keterlibatan pemuda yang reaktif, visioner
dan mampu membaca perubahan jaman, membuat laju koperasi selalu dinamis. Untuk
bisa menggandeng pemuda dalam kepengurusan koperasi membutuhkan dukungan dan
daya tarik dari koperasi. Para pemuda bisa jadi lebih memilih berkarir di
perusahaan besar karena melihat potensi koperasi yang tidak menjanjikan. Karena
itu perlu dukungan dari pemerintah, dunia usaha, pendidikan dan insentif khusus
seperti permodalan agar pemuda mau terlibat dalam kepengurusan koperasi.
Perubahan pola pikir dari keinginan untuk menjadi pegawai menjadi mental
wirausaha harus senantiasa ditumbuhkan. Motivasi untuk merubah tantangan dan
kelemahan yang ada di koperasi menjadi peluang yang menjanjikan harus
senantiasa disampaikan kepada para pemuda.
NAMA : ANGGITA PRIHARTINI
NPM : 20211901
KELAS : 2EB08